Sebatang
Palem tegak berdiri di tengah perkebunan Rusafa,
Lahir di Barat, jauh dari tanah
leluhurnya.
Ku bertanya kepadanya; betapa
mirip kau dan aku, terpencil dan terbuang,
Terpisah jauh dari keluarga dan
teman.
Kau t'lah tumbuh di tanah asing
bagimu,
Dan aku, sepertimu, jauh dari
kampung halaman.
**
Puisi di atas adalah sebuah
ungkapan dari seorang Khalifah Umayyah yang berhasil meloloskan diri dari
pembantaian Abbasiyah terhadap Keluarga Kerajaan Umayyah 750 M. Sebutlah
Abd Al-Rahman. Ia berhasil menghelak dan menyelamatkan diri hingga sampai
disebuah Negeri yang kelak menjadi Negeri Surga bernama Andalusia. Dalam
tangannya, wilayah Hispania itu mengalami kemajuan pesat dalam bidang
ekonomi, budaya, sastra, dan sebagainya. Cordoba menjadi tempat
peradaban besar bagi Islam di Eropa kala itu yang memiliki pasukan militer
gagah berani.
Tentu saja, tak hanya Cordoba
yang terlihat bersinar ditengah "gelapnya" dunia barat saat itu,
namun semenanjung Andalusia gemerlapan dengan kekayaan intelektual dan budaya.
Maka, pantas jika Andalusia disebut sebagai Hiasan Dunia (Ornament of the
World).
'Abd Al-Rahman (786 M) sudah
menginjak umur emasnya. Meskipun ditengah pengasingannya yang membuahkan
kejayaan, ia menanggung sebuah kerinduan dan kesedihan. Kesedihannya tak lekang
membuatnya terpuruk, namun memancarkan energi, tekad bulat, dan berfikir
bagaimana melampiaskan kepedihannya melawan kaum 'Abbasiyah. Saat pertama kali
menginjakkan kaki di Iberia, perkampungan bangsa Visigoth yang tidak terawat
dan kumuh, ia langsung mengamati dan mempelajari apa yang dapat
dimanfaatkan, tindakannya itu terwarisi oleh tradisi Umayyah membangun
sebuah negara (Baghdad) saat itu.
Dengan keterbukaan sikap,
kejelian dalam melihat sekelilingnya, dan juga membentuk ulang tanpa pilih,
Khalifah Umayyah itu sangat sadar bahwa tindakannya telah mencontoh
tradisi pendahulunya. Keindahan Masjid Raya Cordoba mengisyaratkan penghormatan
Khalifah dan kerinduannya akan tempat-tempat terpenting Dinasti Umayyah di
Damaskus. Kerinduan yang menghadirkan dialog-dialog masa lalu.
Tak ada tempat dari semenangjung
Iberia itu yang lebih bersifat personal dan menyentuh perasaan selain
Rusafa- sebuah tempat peristirahatan bagi diri dan keluarganya sebagaimana
saat di Suriah keluarga Umayyah membangun sebuah tempat peristirahatan yang
dikelilingi tembok besar di sebelah selatan sungai Tigris. Rusafa disulap
menjadi sebuah tempat peristirahatan dengan taman botani yang didalamnya
menggunakan teknik pengairan sangat canggih. Di sana- kebun Rusafa- terdapat
pohon Palem yang menjadi hiburan pelampias kerinduan akan Negerinya.
Dari kisah Abd Rahman di Negeri
pengasingan yang menghidupkan Istana Indah Masa Lalu di Negeri tak terawat dan
kumuh hingga menjadi sebuah Ornamen Dunia adalah sebuah motivasi hidup, bahwa
kerinduan masa lalu, kejadian di dalamnya dapat mengkontruksi semangat untuk
mewujudkan sebuah impian yang terampas. Masa lalu bukan kertas lusuh yang harus
dibuang, tapi merupakan cermin hidup untuk masa depan.
(Inspirasi dan referensi dari
buku The Ornament Of the World, How Muslim, Jews, and Christian Created a
Culture of Toleran, Karya: Maria Rosa Menocal)
*Diterbitkan di Potret Forma