Pages

Jumat, 24 Oktober 2014

DENGARKAN PENJELASANKU

(1) DIA KEMBALI...


      Brukk!!, Ezy membanting buku keatas meja belajarnya. Wajah laki-laki itu sungguh menyebalkan. Sekali lagi laki-laki itu berani menghampirinya besok, Ezy sudah siap untuk memberikan jurus tinjunya. Ezy menghempaskan badannya, genggaman tangannya menguat. Perasaan marah masih menguasai dirinya. Gadis dengan rambut layaknya laki-laki itu kembali membenarkan posisinya, tatapan lurus pada atap putih diatasnya.
     "Cowok brengsek!," tangannya kembali menggumpal dengan kuat. Lalu ia membanting bantal disampingnya hingga terkena kaca yang terlihat pasrah digantung diatas tembok.
     Seandainya Miss Sahna tak memberiku  tugas untuk menyelesaikan editan, aku tak akan bertemu dengan fotografer songong itu. Wajah boleh tampan, kerja boleh oke. Tapi mengapa harus dengan dia?. Dia yang telah lama ku coba untuk ku lupakan. Tatapan mata yang tajam itu masih sanggup membuat hatiku berdesir. Ah, tidak cukupkah aku merubah penampilan layaknya laki-laki?. Aku benci dia, tapi kenapa hatiku tak menerimanya?.
     Ezy memalingkan wajahnya pada hasil potretan di dinding dekat lemari gantungnya. Fikirannya masih merombak segenap rasa masa lalunya. Memori-memori yang hilang kini kembali tanpa adanya surat undangan. Ia bangun dan berjalan keluar dari kamar menuju ruang kecil bertirai abu-abu tua. Tempat dimana Rama menyatakannya perasaannya dulu dan tempat dimana Rama memutuskan hubungan dengannya demi cewek lain. Tangannya menyentuh kertas lusuh yang kini hampir melapuk. RAMA dan EZY.
      Besok ia akan bertemu dengan Rama.
      "Ezy," suara itu?. Wajah itu mengapa tiba-tiba muncul dihadapannya. Sekarang?, bukannya pertemuan mereka akan berlangsung besok?.
      "Ada perlu apa kamu kesini? Keluar Rama!," Ezy mendorong tubuh Rama. Sedang laki-laki berdagu lancip itu hanya diam tak bergerak. Tatapan matanya yang tajamnya membidik tepat pada wajah gadis didepannya.
      "Maafkan aku, mungkin aku yang telah membuatmu menjadi seperti ini."
Diam, tak ada suara setelah Rama mengucapkan permintaan maafnya. Mereka masih berdiri kaku. Ezy mendongakkan kepalanya, tangan mengepal.
      "Pukul saja!." Ezy melonggarkan genggamannya. Ia membalas tatapan laki-laki itu.
       "Aku meninggalkanmu karena aku memiliki alasan Zy, itu bukan kehendakku," Rama berhenti melanjutkan ucapannya. Ezy membuang muka, ia tak butuh alasan Rama. Namun, "Meskipun kamu nggak mau dengarin pejelasanku, aku akan tetap memaksamu untuk mendengarkannya."

??? bersambung....

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar