Beberapa buku untuk bahan tulisan memang telah mengisi penuh mejaku. Dan,
tulisan ini hanyalah sebuah tulisan yang akan berisi keluhan karena kebuntuan
otakku untuk menulis sebuah tulisan ilmiah. Sampai detik ini, lembar A4
document microsoft word hanya berisi dua halaman saja. Lagi-lagi karena otakku
sedang buntu. Menulis cerita fiktif mungkin tak sesusah ini, tapi aku hanya
ingin menantang diriku untuk menulis secara objectif. Agar, jiwaku benar-benar
tak mengalami rivalisasi.
Ditemani sebotol air mineral yang disuguhkan teman, jariku tetap saja tak
beranjak untuk melanjutkan kalimat akhir dari tulisan-tulisan itu. kenapa susah
sekali? Bahasa ilmiah itu memang susah sekali masuk dan meresap dalam sel-sel
otakku. Ah, mungkin karena aku masih belum terbiasa (sebagai obat penenang saja).
Kenapa aku tak coba tulis saja? Mendekti tiap-tiap kata ilmiah yang
sebenarnya bahasa asing yang di-indonesiakan. Ribet memang, namanya
transliterasi bahasa. Tentunya itu memiliki aturan. Jika salah, berarti tulisan
tersebut tidak sesuai dengan tatacara penulisan bahasa yang benar.
Well,
tak ada salahnya berjuang dan berusaha untuk menjadi penulis ilmiah yang berbakat.
Toh, aku suka menulis, meskipun tulisan yang bersifat subjetif, fiktif, dan
tidak memiliki nilai ilmiah sama sekali. Hehehe
Semangat untuk menulis tulisan ilmiah, Ulya!