Pages

Minggu, 25 Februari 2018

I'M BACK

Hai Blogger kembali lagi bersama Ulya Potter 😂



Bukan niat meninggalkan blog ini, tapi beberapa tahun lalu aku lupa password dan username nya 😁 Yah, jadinya bikin blog baru, dongengulya.wordpress.com kalian bisa mampir di blog baruku juga.😊

 By the way, sekarang aku udah ganti nama pena loh! Yapz Ulya Luz tepatnya. Sorry untuk meninggalkan nama Potter. Karena aku rasa aku harus menemukan nama sendiri. Tapi tenang aja, nama link blog ini tetep akan kunamakan U2nk potter kok.

Salam -



Kamis, 22 September 2016

ANDALUSIA; SEMUA TAK TERLEPAS DARI MASA LALU



Sebatang Palem tegak berdiri di tengah perkebunan Rusafa,
Lahir di Barat, jauh dari tanah leluhurnya.
Ku bertanya kepadanya; betapa mirip kau dan aku, terpencil dan terbuang,
Terpisah jauh dari keluarga dan teman.
Kau t'lah tumbuh di tanah asing bagimu,
Dan aku, sepertimu, jauh dari kampung halaman.
**

Puisi di atas adalah sebuah ungkapan dari seorang Khalifah Umayyah yang berhasil meloloskan diri dari pembantaian Abbasiyah terhadap Keluarga Kerajaan  Umayyah 750 M. Sebutlah Abd Al-Rahman. Ia berhasil menghelak dan menyelamatkan diri hingga sampai disebuah Negeri yang kelak menjadi Negeri Surga bernama Andalusia. Dalam tangannya, wilayah Hispania itu mengalami kemajuan pesat dalam bidang  ekonomi,  budaya, sastra, dan sebagainya. Cordoba menjadi tempat peradaban besar bagi Islam di Eropa kala itu yang memiliki pasukan militer gagah berani.

Tentu saja, tak hanya Cordoba yang terlihat bersinar ditengah "gelapnya" dunia barat saat itu, namun semenanjung Andalusia gemerlapan dengan kekayaan intelektual dan budaya. Maka, pantas jika Andalusia disebut sebagai Hiasan Dunia (Ornament of the World).

'Abd Al-Rahman (786 M) sudah menginjak umur emasnya. Meskipun ditengah pengasingannya yang membuahkan kejayaan, ia menanggung sebuah kerinduan dan kesedihan. Kesedihannya tak lekang membuatnya terpuruk, namun memancarkan energi, tekad bulat, dan berfikir bagaimana melampiaskan kepedihannya melawan kaum 'Abbasiyah. Saat pertama kali menginjakkan kaki di Iberia, perkampungan bangsa Visigoth yang tidak terawat dan kumuh, ia  langsung mengamati dan mempelajari apa yang dapat dimanfaatkan, tindakannya itu  terwarisi oleh tradisi Umayyah membangun sebuah negara (Baghdad) saat itu.

Dengan keterbukaan sikap, kejelian dalam melihat sekelilingnya, dan juga membentuk ulang tanpa pilih,  Khalifah Umayyah itu sangat sadar bahwa tindakannya telah mencontoh tradisi pendahulunya. Keindahan Masjid Raya Cordoba mengisyaratkan penghormatan Khalifah dan kerinduannya akan tempat-tempat terpenting Dinasti Umayyah di Damaskus. Kerinduan yang menghadirkan dialog-dialog masa lalu.

Tak ada tempat dari semenangjung Iberia itu yang lebih bersifat personal dan menyentuh perasaan selain  Rusafa- sebuah tempat peristirahatan bagi diri dan keluarganya sebagaimana saat di Suriah keluarga Umayyah membangun sebuah tempat peristirahatan yang dikelilingi tembok besar di sebelah selatan sungai Tigris. Rusafa disulap menjadi sebuah tempat peristirahatan dengan taman botani yang didalamnya menggunakan teknik pengairan sangat canggih. Di sana- kebun Rusafa- terdapat pohon Palem yang menjadi hiburan pelampias kerinduan akan Negerinya.

Dari kisah Abd Rahman di Negeri pengasingan yang menghidupkan Istana Indah Masa Lalu di Negeri tak terawat dan kumuh hingga menjadi sebuah Ornamen Dunia adalah sebuah motivasi hidup, bahwa kerinduan masa lalu, kejadian di dalamnya dapat mengkontruksi semangat untuk mewujudkan sebuah impian yang terampas. Masa lalu bukan kertas lusuh yang harus dibuang, tapi merupakan cermin hidup untuk masa depan.

(Inspirasi dan referensi dari buku The Ornament Of the World, How Muslim, Jews, and Christian Created a Culture of Toleran, Karya: Maria Rosa Menocal)

*Diterbitkan di Potret Forma



Sabtu, 17 September 2016

Cahaya Hati

Melihatlah Pada Cahaya 


Allah adalah cahaya di lagit dan bumi. Tanpa-Nya, takkan tampak apa yang ada di depan mata. Saking terangnya cahaya itu, sampai mata tak dapat melihatnya. Seperti halnya, ketika kita melihat bunga. Bunga itu akan terlihat karena ada cahaya yang membuat mata kita bisa melihatnya. 
Begitu pun halnya rumah, di dalamnya takkan ada kehidupan tanpa cahaya lampu. Jika gelap, bisakah kita hidup nyaman dalam rumah? Tidak. 
Coba lihatlah pohon, mengapa pohon bisa terlihat? Ya, karena Cahaya ada di sana. Menampakkan batang pohon yang berdiri tegap, tampakkan daun-daunnya yang hijau menyejukkan. Namun, bisakah mata melihat Cahaya? 
Allah menerangi, pohon yang diterangi. Ya, Allah adalah cahaya, Cahaya yang menerangi setiap apa yang ada dilangit dan di bumi. 

Jika, Cahaya bumi dan langit adalah matahari;
Cahaya rumah adalah lampu; 
Dan cahaya hati adalah Allah itu sendiri 

Hati yang diterangi cahaya (Islam, hidayah Tuhan) akan senantiasa menghadirkan Allah dalam setiap yang dilihatnya. Karena, Cahaya ada disana untuk memberikan penerangan, jalan lurus, ketenangan, serta kehidupan. 

#kajianISLAMI @Prof.HusenAziz 

Jumat, 16 September 2016

UMAR IBN AL-KHATHTHAB














AMIRUL MU’MININ PEMILIK GELAR AL-FARUQ

Identitas Buku

Judul Asli: 150 Qishah min H<aya>ti ‘Umar Ibn al-Khaththab
            Judul: 150 Kisah ‘Umar Ibn al-Khaththab
            Penulis: Ahmad ‘Abdul Al-Thahthawi
            Penerjemah: Rashid Satari
            Penyunting: Irfan Maulana Hakim, Cecep Hasannudin
            Penerbit: Mizania
            Cetakan: April 2016/ Rajab 1347 H
            Tebal: 173 Halaman
ISBN: 978-602-418-013-3

Dalam hadis yang diriwayatkan Ibn Majah, “Hendaklah kaliah mengikuti sunnahku dan sunnah al-Khulafa’ al-Rasyidin setelahku.” Hadis tersebut menjadi dasar para muslim untuk terus mengikuti dan mencontoh, serta mengaplikasikan perilaku mereka pada kehidupan nyata. Salah satu Khalifah yang menjadi cerminan mu’minin adalah Umar Ibn al-Khattab. Seorang sahabat Rasulullah yang awalnya memiliki keinginan untuk membunuh Rasulullah, dan ia adalah pemuda yang paling ditakuti oleh kalangan Quraish karena sikap kerasnya. Namun kemudian, ketika sinar Islam masuk dalam jiwanya melalui surat Ta>ha> yang dibaca ketika menorobos masuk rumah saudara perempuannya, Umar menjadi pembela Islam, penegak haq dan pemerang kebathilan. Sehingga, Rasulullah memberikannya julukan al-Faruq.
Dalam buku 150 Kisah Umar Ibn Khaththab ini telah diceritakan bagaimana sosok Umar yang awalnya keras menjadi sosok Khalifah yang tunduk pada Keesaan Allah. Kisah Umar dalam memimpin rakyatnya pun terulas dengan baik dan memiliki sarat makna sebagai sosok ideal seorang pemimpin yang patut dicontoh oleh pemimpin-pemimpin sekarang. Seorang pemimpin yang tidak memiliki kegilaan terhadap dunia.
           Kelebihan yang dimiliki buku ini adalah penyampaian kisah Umar yang dieksplor oleh penulis memiliki rujukan yang bersanad shohih sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Kisah kisah terbagi dengan runut, misal penulis mengklasifikasi  beberapa bagian, terdapat kisah Umar dari Keislaman menuju Hijrah, Umar Ibn Khaththab dan Al-Quran, Umar di sejumlah medan Jihad dan beberapa bagian lainnya. Secara bahasa, buku bacaan ini termasuk salah satu buku bacaan yang mudah dipahami dan diambil intisarinya bagi pembaca. 
            Namun, setiap kelebihan terkadang terdapat kekurangan, dan kekurangan. Kekurang yang ada dalam buku ini adalah kurangnya penjelasan penulis dalam menjabarkan hadis dan rujukan yang ada dalam buku tersebut.  

            Motivasi dari kisah-kisah umar ini akan dengan mudahnya menggugah pembaca, seperti kisah umar yang sedang menenangkan Rakyatnya ketika ia baru menjabat sebagai Khalifah. Dalam pidatonya, “Seandainya ada seseorang yang lebih layak untuk menduduki jabatan ini, dipenggalnya leherku lebih aku sukai daripada jabatan ini.” Selain itu masih banyak kisah Umar yang patut di jadikan tauladan bagi para pembaca. (Ya)