Pages

Kamis, 22 September 2016

ANDALUSIA; SEMUA TAK TERLEPAS DARI MASA LALU



Sebatang Palem tegak berdiri di tengah perkebunan Rusafa,
Lahir di Barat, jauh dari tanah leluhurnya.
Ku bertanya kepadanya; betapa mirip kau dan aku, terpencil dan terbuang,
Terpisah jauh dari keluarga dan teman.
Kau t'lah tumbuh di tanah asing bagimu,
Dan aku, sepertimu, jauh dari kampung halaman.
**

Puisi di atas adalah sebuah ungkapan dari seorang Khalifah Umayyah yang berhasil meloloskan diri dari pembantaian Abbasiyah terhadap Keluarga Kerajaan  Umayyah 750 M. Sebutlah Abd Al-Rahman. Ia berhasil menghelak dan menyelamatkan diri hingga sampai disebuah Negeri yang kelak menjadi Negeri Surga bernama Andalusia. Dalam tangannya, wilayah Hispania itu mengalami kemajuan pesat dalam bidang  ekonomi,  budaya, sastra, dan sebagainya. Cordoba menjadi tempat peradaban besar bagi Islam di Eropa kala itu yang memiliki pasukan militer gagah berani.

Tentu saja, tak hanya Cordoba yang terlihat bersinar ditengah "gelapnya" dunia barat saat itu, namun semenanjung Andalusia gemerlapan dengan kekayaan intelektual dan budaya. Maka, pantas jika Andalusia disebut sebagai Hiasan Dunia (Ornament of the World).

'Abd Al-Rahman (786 M) sudah menginjak umur emasnya. Meskipun ditengah pengasingannya yang membuahkan kejayaan, ia menanggung sebuah kerinduan dan kesedihan. Kesedihannya tak lekang membuatnya terpuruk, namun memancarkan energi, tekad bulat, dan berfikir bagaimana melampiaskan kepedihannya melawan kaum 'Abbasiyah. Saat pertama kali menginjakkan kaki di Iberia, perkampungan bangsa Visigoth yang tidak terawat dan kumuh, ia  langsung mengamati dan mempelajari apa yang dapat dimanfaatkan, tindakannya itu  terwarisi oleh tradisi Umayyah membangun sebuah negara (Baghdad) saat itu.

Dengan keterbukaan sikap, kejelian dalam melihat sekelilingnya, dan juga membentuk ulang tanpa pilih,  Khalifah Umayyah itu sangat sadar bahwa tindakannya telah mencontoh tradisi pendahulunya. Keindahan Masjid Raya Cordoba mengisyaratkan penghormatan Khalifah dan kerinduannya akan tempat-tempat terpenting Dinasti Umayyah di Damaskus. Kerinduan yang menghadirkan dialog-dialog masa lalu.

Tak ada tempat dari semenangjung Iberia itu yang lebih bersifat personal dan menyentuh perasaan selain  Rusafa- sebuah tempat peristirahatan bagi diri dan keluarganya sebagaimana saat di Suriah keluarga Umayyah membangun sebuah tempat peristirahatan yang dikelilingi tembok besar di sebelah selatan sungai Tigris. Rusafa disulap menjadi sebuah tempat peristirahatan dengan taman botani yang didalamnya menggunakan teknik pengairan sangat canggih. Di sana- kebun Rusafa- terdapat pohon Palem yang menjadi hiburan pelampias kerinduan akan Negerinya.

Dari kisah Abd Rahman di Negeri pengasingan yang menghidupkan Istana Indah Masa Lalu di Negeri tak terawat dan kumuh hingga menjadi sebuah Ornamen Dunia adalah sebuah motivasi hidup, bahwa kerinduan masa lalu, kejadian di dalamnya dapat mengkontruksi semangat untuk mewujudkan sebuah impian yang terampas. Masa lalu bukan kertas lusuh yang harus dibuang, tapi merupakan cermin hidup untuk masa depan.

(Inspirasi dan referensi dari buku The Ornament Of the World, How Muslim, Jews, and Christian Created a Culture of Toleran, Karya: Maria Rosa Menocal)

*Diterbitkan di Potret Forma



0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar